Pasar properti di Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah meredanya ketidakpastian ekonomi dan penurunan suku bunga acuan. Kabar baik bagi calon pembeli rumah muncul ketika Bank Indonesia mengumumkan penurunan suku bunga acuan menjadi 4,75% yang efektif per September 2025.
Berdasarkan laporan terbaru, terdapat lonjakan dalam permintaan properti di kawasan Jabodetabek. Hal ini menandakan bahwa masyarakat mulai kembali berani untuk berinvestasi dalam sektor properti.
Indikasi positif ini tercermin dari perubahan perilaku konsumen yang mulai mencari hunian dengan harga terjangkau, aksesibilitas yang baik, serta kualitas hidup yang lebih baik. Redistribusi pencarian properti juga menunjukkan tren baru di sejumlah wilayah.
Data terbaru menunjukkan bahwa Tangerang kini berada di puncak pencarian rumah, menggantikan dominasi kota-kota seperti Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Tren ini menunjukkan pergeseran preferensi yang menarik di kalangan pembeli.
Pemulihan Ekonomi dan Dampaknya pada Pasar Properti
Pemulihan ekonomi yang stabil berperan penting dalam menggerakkan pasar properti. Penurunan suku bunga acuan menjadi sinyal positif bagi masyarakat yang menunggu waktu yang tepat untuk membeli rumah.
Warga yang sebelumnya mengurungkan niatnya kini merasa lebih optimis karena beban cicilan yang lebih ringan. Pengaruh ini tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga oleh pengembang yang mulai melihat peningkatan permintaan.
“Penerapan suku bunga rendah memberi dorongan kuat pada masyarakat untuk kembali berinvestasi dalam properti,” ujar salah satu ahli properti. Keadaan ini berpotensi menciptakan siklus positif di sektor properti.
Tidak hanya harga yang menjadi pertimbangan, tetapi juga aspek lain seperti lokasi dan fasilitas sekitar yang kini lebih diprioritaskan oleh calon pembeli. Hal ini menunjukkan perubahan pola pikir masyarakat terhadap hunian.
Pergeseran Preferensi Konsumen dalam Memilih Lokasi Hunian
Pergeseran lokasi pencarian hunian ke Tangerang menunjukkan adanya perubahan dalam pola hidup masyarakat setelah pandemi. Kenaikan infrastruktur yang signifikan menjadikan Tangerang sebagai pilihan unggulan bagi banyak keluarga muda.
Konektivitas yang semakin baik berkat pembangunan jalan tol dan transportasi publik menjadikan daerah ini lebih menarik. Hal ini juga membuka peluang bagi kawasan sekitarnya untuk berkembang lebih cepat.
Sementara Jakarta Selatan tetap menjadi pilihan populer, posisinya kini mulai didekati oleh Jakarta Barat, yang menawarkan berbagai kemudahan dan aksesibilitas. Wilayah lainnya seperti Depok dan Bekasi juga menunjukkan permintaan yang cukup stabil.
Selain itu, kota-kota di luar pulau Jawa, seperti Bandung dan Denpasar, mulai menarik perhatian masyarakat. Tren kerja yang fleksibel mendorong banyak orang untuk mempertimbangkan lokasi hunian yang lebih jauh dari ibu kota.
Digitalisasi Mengubah Cara Konsumen Bertransaksi Properti
Transformasi digital menjadi salah satu penggerak utama dalam perubahan perilaku pembeli properti. Masyarakat kini lebih mengandalkan teknologi untuk mencari informasi dan melakukan transaksi.
Peningkatan penggunaan platform digital memberikan akses yang lebih luas bagi konsumen untuk mengeksplorasi pilihan hunian. Fitur seperti simulasi kredit, perbandingan harga, dan fasilitas lainnya mencapai tingkat penerimaan yang lebih tinggi.
Akses informasi yang lebih mudah membuat keputusan pembelian menjadi lebih transparan. Pembeli kini lebih siap secara finansial dan dapat menghitung anggaran dengan lebih efisien.
“Konsumen saat ini lebih pintar dan lebih rasional dalam membuat keputusan,” ungkap pakar properti. Kini mereka dapat mengevaluasi berbagai aspek seperti nilai investasi dan prospek ke depan sebelum mengambil keputusan.
