Pasar properti komersial di Jakarta menghadapi dinamika yang cukup menantang pada kuartal ketiga (Q3) 2025. Terutama, permintaan dan pasokan dalam sektor ini dipengaruhi oleh kualitas bangunan dan pengalaman pengguna yang semakin menjadi prioritas utama.
Laporan yang baru dirilis menunjukkan bahwa pengembang lebih memilih strategi peningkatan kualitas daripada membangun proyek baru secara masif. Dalam konteks ini, industri properti di Jakarta mengalami pergeseran signifikan yang menunjukkan pentingnya adaptasi terhadap kebutuhan pasar yang terus berubah.
Ke depan, tren ini diprediksi akan terus berkembang, dengan kebutuhan akan gedung yang ramah lingkungan dan efisien energi menjadi semakin mendesak. Hal ini memunculkan tantangan sekaligus peluang bagi pelaku pasar untuk berinovasi dan meningkatkan daya saing.
Perkembangan Pasar Perkantoran: Memprioritaskan Kualitas di Tengah Keterbatasan Pasokan
Pasokan ruang kantor di Jakarta mengalami pengetatan yang signifikan, terutama di kawasan CBD (Central Business District). Di Q3 2025, total pasok ruang kantor mencapai 11,4 juta m², di mana reliabilitas pasokan sangat bergantung pada kualitas bangunan yang tersedia.
Di tengah kondisi yang ketat ini, pengembang lebih memilih menunda peluncuran proyek baru. Mereka menanti sinyal jelas mengenai pemulihan permintaan yang diramalkan akan datang dari sektor-sektor yang menggunakan teknologi modern, energi hijau, dan layanan finansial.
Perusahaan multinasional kini lebih memilih gedung-gedung yang memenuhi standar Green Building. Hal ini mencerminkan perubahan fokus dari sekadar mencari ruang, menuju pencarian akan kualitas dan efisiensi yang lebih baik.
Pergeseran dalam Pasar Ritel: Fokus pada Renovasi Daripada Pembangunan Baru
Sektor ritel tidak berbeda jauh dari pasar perkantoran, di mana penawaran baru terbatas dan pengembangan renovasi menjadi prioritas utama. Total pasok ruang ritel di Jakarta mencapai 4,95 juta m², sedangkan di kawasan BoDeTaBek tercatat sebesar 3,27 juta m².
Pengembang kini lebih berorientasi pada renovasi untuk meningkatkan daya tarik pusat perbelanjaan yang ada, alih-alih membangun mal baru. Strategi ini diambil untuk menciptakan pengalaman belanja yang lebih fresh dan kompetitif di tengah beragam pilihan yang dihadapi konsumen.
Mal kelas atas menunjukkan performa yang baik dan berhasil mempertahankan tingkat hunian yang memadai. Salah satu pendorong utama adalah keberadaan tenant Food & Beverage (F&B) yang terus menarik konsumen, terutama di kalangan anak muda dengan konsep yang viral.
Biaya Sewa dan Harga Properti: Didorong oleh Standar Kualitas
Permintaan yang berorientasi pada kualitas tidak hanya berpengaruh pada jenis bangunan, tetapi juga pada biaya yang harus dikeluarkan penyewa. Diprediksi bahwa biaya hunian, termasuk sewa dan service charge, akan mengalami kenaikan, terutama di ruang ritel yang berkualitas tinggi.
Sementara itu, di sektor perkantoran, tarif sewa untuk gedung-gedung premium yang telah memiliki tingkat hunian baik dipertimbangkan untuk dinaikkan. Ketidakstabilan di sektor lain semakin menambah kompleksitas bagi para penyewa yang mencari ruang kerja berkualitas.
Biaya pemeliharaan atau service charge juga diproyeksikan akan meningkat sekitar 3% setiap tahunnya. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh kenaikan upah minimum yang terjadi di berbagai kawasan.
Peluang dalam Pasar Sekunder Properti Komersial Jakarta
Pasar sekunder untuk properti komersial di Jakarta menawarkan potensi yang menarik bagi investor. Meskipun harga jual umumnya stabil, minat terhadap ruang kantor strata di luar CBD semakin meningkat karena harga yang lebih bersaing.
Ini menjadi peluang bagi para investor yang mencari alternatif investasi dengan potensi pertumbuhan yang baik. Pasar sekunder ini sering kali menawarkan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan properti di area utama, sehingga membuka kesempatan bagi penyewa dan pengembang.
Meski pasar primer masih didominasi oleh permintaan dari penyewa yang mencari paket sewa menarik, pasar sekunder dapat menjadi alternatif yang solid, dengan potensi untuk tumbuh seiring perbaikan kondisi pasar.